Selasa, 25 September 2012

Seven Things all Indonesian just Gotta Say…!?


Kemarin, saya menemukan sebuah artikel yang menarik melalui twit dari seorang teman. Artikel berjudul "Seven Things all Japanese just Gotta Say” itu membahas tentang pengalaman yang pernah dialami sendiri oleh seorang “orang asing” ketika dia berada di Jepang.

Menurutnya, ketika seorang “orang asing (yang memiliki penampilan tidak seperti orang Jepang)” bertemu dengan orang Jepang, ia akan mendengar percakapan yang sama, bahkan urutannya juga benar-benar sama dari orang yang ia temui. Maka, penulis artikel tersebut pun membuat sebuah “Checklist” berdasarkan pengalaman pribadinya. “Pokoknya, Anda dijamin akan mendengar 7 kalimat berikut seperti mesin jam, biasanya dalam bahasa Jepang, kecuali untuk no.1”, katanya.

Selasa, 11 September 2012

Kumpulan Foto Festival di Jepang

Pada tanggal 2 September yang lalu, saya pergi ke sebuah festival (matsuri) di dekat tempat tinggal saya. Walaupun skalanya tidak begitu besar, warga kota dengan senang hati menunggu festival tersebut diselenggarakan setiap tahunnya, karena ada banyak acara tradisional dan sekitar 300 kios* yang berjajar di sepanjang jalan.

*Di festival besar di Jepang, biasanya lebih dari 1000 kios yang berjajar.


Kuil Shinto di tempat tinggal saya

Sejak dulu, festival di Jepang identik dengan agama Shinto, agama rakyat (folk religion), atau agama Budha. Ada berbagai macam alasan mengapa sebuah festival diselenggarakan, sebagai contoh, festival di tempat saya diselenggarakan oleh kuil Shinto untuk mendoakan panen yang berlimpah setiap tahun. Selama festival berlangsung, banyak pengunjung yang berziarah ke kuil dalam foto di atas.

Saisen-bako (Kotak Sumbangan), dan penjelasan cara tata berdoa menurut Shinto

Para pengunjung memberikan sumbangan yang kecil pada kotak ini terlebih dahulu, lalu berdoa dengan mengikuti tata cara berdoa. Tata caranya sebagai berikut: 1. Membungkuk dua kali, 2. Menepuk tangan dua kali, 3. Berdoa, 4. Membungkuk satu kali (Lihat: Foto kanan di atas).

Saya sendiri, walaupun dalam keseharian tidak sering datang berdoa ke kuil Shinto, biasanya kalau festival seperti ini diadakan, terlebih dahulu saya berdoa di kuil Shinto, kemudian menikmati suasana acara yang menyenangkan itu. Untuk lebih jelasnya, berikut ini foto-foto yang saya ambil di festival tersebut.

Minggu, 12 Agustus 2012

Kenangan Panjat Pinang di Yogyakarta


“Eh Taka, mau ikut Panjat Pinang nggak?” seorang tutor tiba-tiba bertanya kepada saya. “Wah, apa sih Panjat Pinang tuh?”. “Panjat Pinang tuh… lomba yang asyik banget deh pokoknya hehehe” jawab dia sambil tertawa. “Ayo Taka, ikut aja yuk!”. “I.. iya.. oke!”

6 tahun yang lalu, saya yang saat itu sudah lulus dalam sebuah program pembelajaran di Indonesia sedang mengikuti orientasi di Yogyakarta (kalau tidak salah, tempatnya PPPG Matematika). Karena orientasi tersebut dimulai sejak awal bulan Agustus, pada tanggal 17 bulan tersebut, saya dan para peserta lainnya berkunjung ke sebuah desa di dekat tempat orientasi untuk merayakan HUT RI.

Banyak perlombaan hari Kemerdekaan yang dilakukan di sana dan kami pun cukup menikmati suasana tersebut. Ketika mendekati akhir perayaan, beberapa peserta dari program tersebut tiba-tiba diajak untuk berpartisipasi dalam Panjat Pinang. Memang kami semua sama sekali tidak tahu apa itu Panjat Pinang, tetapi mungkin karena penasaran, kami langsung menjawab “Iya!”.


Ketika kami pindah ke tempat perlombaan, di tengah sawah yang penuh lumpur ada sebatang pohon pinang yang setinggi 10 meter dan dilumuri oli. Dengan disaksikan penonton yang memenuhi lapangan desa, kami menghadapi perlombaan yang baru pertama kami alami sejak lahir.

Senin, 06 Agustus 2012

Sekali Lagi tentang Terjemahan “Selamat Berpuasa” ke dalam Bahasa Jepang

Bagaimana menerjemahkan ucapan “selamat berpuasa” ke dalam bahasa Jepang? Pada artikel sebelumnya, saya sedikit menyinggung tentang hal ini dan sebagai salah satu jawabannya saya memperkenalkan sebuah terjemahan, yaitu “Danjiki Omedetou” (“Danjiki” = puasa, “Omedetou” = selamat)”. Terjemahan harfiah ini, meskipun terasa agak aneh bagi orang Jepang, tetapi saat itu saya rasa cukup dapat digunakan diantara teman-teman Indonesia yang bisa berbahasa Jepang.

Namun, kemarin saya menerima sebuah komentar yang menarik terkait dengan soal ini. Menurutnya, terjemahan “Danjiki Omedetou” itu sepertinya tidak sesuai dengan maksud ucapan “selamat berpuasa”. Mengapa? Berikut kutipan dari komentar tersebut:

Pengikut