"Di Jepang kuno, ada kontes publik diadakan untuk mendengar siapa yang bisa kentut paling keras dan paling lama, itulah juaranya."
Terus terang, saya merasa bingung saat
ditanya mengenai twit di atas. Karena twit semacam itu biasanya tidak disertai
rujukan apa pun, maka kita tidak bisa, setidaknya agak sulit untuk memastikan
validitasnya. Namun saat mencari-cari sumbernya, saya menemukan beberapa
informasi yang terkait dengan twit di atas. Dalam artikel kali ini, saya akan
membahas tentang kontes kentut di Jepang berdasarkan informasi tersebut.
Jepang dan Kentut
“Meskipun kentut jelas bukanlah fenomena yang harus diamati secara khusus di Jepang, sikap orang Jepang terhadapnya, saya pikir, unik" (Donald Richie, sumber [1])
Dalam sebuah esai yang memperkenalkan
budaya Jepang, Donald Richie yang dikenal sebagai kritikus film Jepang pernah
menulis seperti yang di atas. Menurutnya, jika dibandingkan dengan di Barat,
kata "He" atau "Onara" yang berarti "kentut"
dalam bahasa Jepang lebih umum digunakan, baik dalam percakapan sehari-hari
maupun dalam peribahasa atau ungkapan yang lainnya. Selain itu, karena kedua
kata tersebut tidak dianggap sebagai kata yang kotor*, maka ungkapan yang
lembut seperti “break wind” dalam bahasa Inggris tidak diperlukan.
*Menurut saya, kata "He" dalam bahasa Jepang itu kesannya agak kasar dan biasanya hanya digunakan oleh laki-laki saja dalam percakapan sehari-hari.
Lalu, dia melanjutkan tulisannya. Dalam
kesusastraan dan kesenian di Jepang pun, unsur kentut tidak jarang dapat
ditemukan. Untuk karya yang “berbau” kentut, orang yang berasal dari Barat hanya
puas dengan cerita-cerita yang ditulis oleh Geoffrey Chaucer. Namun,
"orang Jepang telah lama memiliki pilihan yang paling luas" mengenai
hal tersebut. Misalnya sebagai berikut:
Dari "He-gassen (Perang Kentut)", karya gulungan kertas kontes kentut yang terkenal dan digambarkan pada zaman feodal, sampai contoh nyata masa kini seperti permainan kentut yang menyenangkan dalam film "Ohayo (Selamat Pagi)" (1959) oleh Yasujiro Ozu, kebudayaan Jepang penuh dengan contoh nyata. (Sumber [1])
Menurut Donald Richie, di Jepang ada
gulungan kertas yang disebut sebagai “He-gassen” dan menggambarkan “kontes
kentut”. Berikut ini adalah foto-foto yang dikutip dari situs Universitas
Waseda yang memiliki lukisan “He-gassen” tersebut.
Lukisan “He-gassen (Perang Kentut)”
Untuk lebih jelasnya, silakan lihat di
situs ini.
Kentut. Hanya satu kata, kentut. Menurut
keterangan dari Universitas Waseda, lukisan “He-gassen” di atas dibuat pada
tahun 1846, akhir zaman Edo (1603-1868) di Jepang. Lukisan yang menggambarkan
orang-orang yang bertempur dengan kentut ini memiliki daya tarik yang sangat
misterius sebagai karya seni, sehingga membuat kita yang melihatnya pasti
bertanya-tanya. Sebenarnya apa maksud lukisan tersebut? Lalu, apa hubungan
He-gassen dengan kontes kentut?
Untuk pertanyaan di atas, sepertinya masih
belum ada jawaban yang pasti. Misalnya, The Daily Mail yang merupakan koran
tabloid tertua di Inggris pernah mengabarkan bahwa, He-gassen adalah lukisan
yang mencerminkan perasaan anti-Eropa orang Jepang pada akhir zaman Edo (lihat:
sumber [2]). Namun, artikel tersebut tidak disertai sumber yang terpercaya,
apalagi semua orang yang digambarkan di lukisan He-gassen tampaknya merupakan
orang Jepang (setidaknya, tidak tampak seperti orang Barat). Jika dilihat dari
segi tersebut, hubungan He-gassen dengan perasaan anti-Eropa itu tetap tidak
jelas.
Lalu terkait dengan istilah He-gassen, ada
beberapa artikel yang memperkenalkan buku A History of Japan : From Stone Age
to Superpower oleh Kenneth Henshall sebagai referensinya. Dalam buku tersebut,
terdapat keterangan yang menyatakan bahwa ada “sebuah kartun populer, yang
bersumber dari tradisi Jepang berupa "kontes kentut (He-gassen)", yang menunjukkan
orang-orang Barat diterbangkan oleh kentut orang Jepang”. (lihat: sumber [3]).
(Kenneth Henshall, A history of Japan, p 70, p210)
(Henshall, p245)
(William Steele, Alternative Narratives in Modern Japanese History, Routledge, 2003, p.14) |
Namun demikian, merujuk pada catatannya,
keterangan tersebut ditulis berdasarkan kartun di atas (lihat: foto di atas dan
sumber [4]). Mungkin agak sulit untuk menganggap kartun tersebut sebagai
lukisan He-gassen yang dibahas di artikel ini. Selain itu, dalam buku tersebut
sama sekali tidak ada pembahasan lain mengenai “kontes kentut” yang Henshall
sebut sebagai "tradisi Jepang" itu, selain keterangan yang telah
disebutkan di atas*. Oleh karena itu, validitas pernyataan tersebut harus
dibuktikan terlebih dahulu dengan sumber-sumber yang lain.
*Menurut Craig Norris, seorang peneliti budaya Jepang, lukisan seperti “He-gassen” di Jepang mencerminkan “humor yang bersifat menyindir dan kurang sopan (satirical and irreverent humour)”. Tradisi tersebut hingga kini masih bisa dilihat di komik seperti Crayon Shin-chan dan Dr Slump (lihat: sumber [5]). Jika dilihat dari itu, ada kemungkinan “tradisi Jepang” yang Henshall maksud di atas berarti tradisi humor yang terkait dengan kentut.
Apakah Benar Kontes Kentut Diadakan di
Jepang Kuno?
"Di Jepang kuno, ada kontes publik
diadakan untuk mendengar siapa yang bisa kentut paling keras dan paling lama,
itulah juaranya."
Di sini, kita kembali ke twit di atas.
Apakah benar kontes kentut diadakan di Jepang kuno?. Terkait dengan hal ini,
ada beberapa referensi yang menyinggung tentang lukisan “He-gassen”, gulungan
kertas yang menggambarkan “kontes kentut (Farting Contest)”. Namun seperti
yang sudah dibahas di atas, maksud lukisan tersebut sampai sekarang masih belum
dijelaskan secara ilmiah, sehingga agak sulit untuk menganggap lukisan tersebut
sebagai bukti kontes kentut yang diadakan di Jepang kuno. Oleh karena itu,
jawaban atas pertanyaan tersebut pada tahap ini bisa dikatakan Tidak Benar
sebagai kesimpulan sementara.
Pernyataan yang tidak disertai rujukan
seperti twit di atas perlu dibuktikan dengan sumber yang terpercaya. Jika tidak
dibuktikan, maka pernyataan tersebut hanya dianggap sebagai sekadar rumor saja.
Saya berharap twit di atas akan dibuktikan dengan sumber yang berbeda dengan di
artikel ini (meskipun seharusnya pengguna akun twitter sendiri bertanggung
jawab atas validitasnya).
Ngomong-ngomong…
Sebenarnya, sekitar 15 tahun yang lalu, kontes
kentut pernah diselenggarakan dalam sebuah acara komedi di TV Jepang. Dalam
kontes tersebut, orang yang kentutnya paling keras akan menjadi juara (tidak
terkait dengan bau dan lamanya kentut). Berikut ini adalah videonya:
(Untuk lebih lengkapnya, silakan lihat video ini yang ada subtitle dalam bahasa Inggris)
Jadi, saya pikir bisa dibilang benar kalau
ada twit seperti “dalam acara komedi di TV Jepang, ada kontes kentut diadakan
untuk mendengar siapa yang bisa kentut paling keras” :D
Sumber:
[1] Donald Richie, “He (The Fart)”, in Discover
Japan vol.2, Kodansha, 1983, p.192.
[2] “The art of flatulence! How
200-year-old Japanese 'He-gassen' paintings really DO have a deep meaning”, The
Daily Mail, 21 Februari 2012.
[3] Kenneth G. Henshall, A history of Japan
: From Stone Age to Superpower, Palgrave Macmillan, 2004, p.70.
[4] William Steele, Alternative Narratives
in Modern Japanese History, Routledge, 2003, p.14.
[5] Craig Norris, “The global flow of manga
and anime: the past, present and future”. Paper presented at 'Cultural Flows
With(in) a Globalising Asia', Monash University , Melbourne (Nov. 2002)
wah.. Taka-san ini agak "strict" juga ya, hehe. kalau lukisan di atas dilihat sekilas, pernyataan di tweet itu bisa dianggap benar. tapi karena maksud dari lukisannya belum diketahui secara jelas jadi salah ya ( ̄◇ ̄;) untuk sebuah fakta memang harus tegas, sih. salut deh buat Taka-san d(^_^)
BalasHapuskesalahan terbesar tweet2 seperti di atas memang karena ga mencantumkan sumber. itulah sebabnya saya agak malas follow akun2 yg katanya nge-tweet fakta2 unik, takut malah menyesatkan. padahal ada juga yang benar, seandainya mereka nyantumin sumber (¬_¬)
Hahaha, iya tentu saja sengaja, saya harus jadi "strict" untuk menjawab pertanyaan dari teman-teman mengenai twit semacam itu (saya menulis seri artikel "Rumor Jepang di Twitter" ini karena ada pertanyaan ttg hal itu lewat twitter). Mungkin bagi mereka sendiri juga tidak masuk akal kalau saya hanya mengatakan twit itu tidak benar tanpa bukti apa pun hehehe. Selain itu, terlepas dari twit "fakta" tersebut, lukisan "He-gassen" itu sangat menarik bagi saya. Saya harap akan ada penelitian lebih lanjut untuk membuktikan mengapa lukisan tersebut dibuat:D
Hapussumimasen, taka-sensei nihonjin desu ka? ano meru ga arimasuka? oshiete kudasai :)
BalasHapus# maaf bahasa Jepang saya berantakan. hee .. :)
Silakan lewat twitter saja. Informasi tentang akun saya ada di sebelah kanan di blog ini:D
HapusSetelah baca beberapa artikel di blog ini, saya baru sadar kalo ternyata mas Taka ini orang jepang. Soalnya tulisan bahasa Indonesianya sudah kayak orang Indonesia...., saya salut sekali ada orang dari luar negeri bisa Bahasa Indonesia. Sip2 Llanjutkan mas Taka..
BalasHapusTerima kasih atas dukungannya^^ Iya saya adalah seorang orang Jepang, tapi kalau tulisan saya terlihat bagus, semua itu berkat bantuan dari teman-teman Indonesia mengenai masalah bahasa. Saya benar-benar berterima kasih atas bantuan dari mereka semua:D
Hapushaha, sumpah perang kentut lucu banget :3
BalasHapusbang taka, orang indonesia yang ngaku" orang jepang apa bukan? kok tulisanya ga kaya orang jepang? lancar banget bahasa indonesianya
BalasHapus